Minggu, 07 Maret 2010

Kenapa?

kenapa kau masih menangis?
apakah kau tidak percaya kepada Allah?
apakah kamu tidak percaya kepada kekuasaan Allah?
apakah kamu masih percaya Allah yang menciptakan alam semesta ini beserta isinya?
jika kau masih percaya itu, kenapa kau masih menangis?
berdoalah agar semua ini hanya ujian untuk mu.
jika ini adalah ujian, yakin lah Allah memberikan jalan penyelesaian.
dan berdoalah agar semua ini bukan musibah untuk mu.
jika ini musibah,jadikanlah ini sebagai titik balik menuju jalan Allah yang lurus.
jadikanlah Allah teman terdekat mu.
cukuplah hanya Allah tempat bersandar mu.
tempat mengadu, dan tempat memohon pertolongan.
bayangkan jika Allah menciptakan alam semesta beserta isinya ini hanya dengan "kun-fayakun".
jika hanya masalah mu,
akankah sangat mudahnya bagi Allah untuk mengabulkannya.
jadi kenapa kau masih menangis?

  • TomPrA

Minggu, 31 Januari 2010

PLAGIAT

-TomPra-

DARI PADA BENGONG, LEBIH BAIK NULIS AJA. Itu yang dikatakan sebuah artikel yang dimuat salah satu majalah yang membahas tentang teenlit. Ya itulah kegiatan ku beberapa minggu ini, membaca majalah-majalah dan buku-buku sebagai panduan membuat karangan fiksi. “Hah…” seraya melepaskan napas panjang, “enak banget nih majalah ngomong…!, emang nulis gampang…?” kataku dalam hati.

Sudah dua minggu aku berusaha membuat karangan yang bagus, dan ini malam terakhir karena karangan ini akan dikumpul besok, oh iya karang ini merupakan salah satu penentu nilai ujian Bahasa Indonesiaku. Sebetulnya ide sudah ada bahkan banyak, tapi selalu mentok ditengah jalan. ”apa gw kagak bakat?” lanjutku dalam hati. Tapi seketika kuteringat dengan perkataan guruku “jangan percaya pada bakat, sebab bakat bukanlah wahyu yang diturunkan Tuhan kepada manusia. jadi, semua orang berhak menulis”.

Seketika itu pula pikiranku terbang jauh melayang entah kemana, dan tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara dering handphone, “wah… kebetulan Boni nelpon, kali aja dia udah dan bisa bantu tugas gw!” tuturku dalam hati, seraya tersenyum senang. Ya… boni salah satu sahabat dekatku, biasanya di saat-saat genting seperti ini dia selalu bisa membantu. “Assalam…” belum lengkap salamku, tiba tiba “FAJAR…! lw udah bikin karangan fiksi belom? Tolongin gw bikinin karangan fiksi dong! Gw ga bisa ngarang nih. Ini salah satu kelemahan gw, mana tugas matematika belom selesai lagi, belum belajar buat Quiz besok….” Ucapnya menggebu-gebu, “Wah salah dugaan gw, boni nelpon bukan memberikan solusi, malah nambahin kerjaan gw nih…” kataku dalam hati yang tidak menghiraukan ucapan boni yang sepertinya tak berujung. “Woi…woi…STOP!” sanggahku menghentikan nyanyian Boni. “Please dong bon! Gw aj lagi bingung, lw lagi nambahin bingung gw dengan ocehan-ocehan yang gak membantu itu” lanjutku. “jadi lw juga belom Jar?” tanyanya “sory deh gw kira lw udahan, trus bagaimana nih tugasnya?.” lanjutnya. “ya kerjain sendiri-sendiri dong” ucapku singkat.

eh…gw ada ide ni, gimana kalo kita jiplak aja dari majalah?” ucapnya pasrah, “maksudnya kita jadi plagiat?” Tanyaku

hei…hei, emang lw lupa sama apa yang di katakan Bu Yuli (guru bahasa Indonesiaku)?”

karangan harus benar-benar asli buatan kita sendiri” lanjutku.

Emang bu Yuli tau kalo kita jiplak?” tanyanya polos

Ooops, bener juga” ucapku dalam hati. Sejenak ku terdiam memikirkan perkataan Boni barusan. “Woooooi….! Malah bengong, lagi ditanya juga!” hardiknya.

“Terserah deh” jawabku singkat.

Ya udah deh, udahan dulu ya… gw mw mulai jiplak dulu ya! Do’ain gw supaya ga ketahuan sama bu Yuli!” ucapnya riang disusul dengan tawa yang tidak jelas.

“waduh, buat maksiat aja minta do’a”

“ya udah sana, jangan ganggu gw lagi” sindirku

“Assalamu’alaikum”

“Wa’alaikumsalam” jawabku lemas.

Jam menunjukan pukul 22.52 kembali ku tengok hasil tulisan ku, tapi yang ada hanya layar monitor 17” dengan kertas kosong tanpa ketikan sidikitpun. Kembali ku memikirkan perkataan Boim tadi, kan bu Yuli pun tidak tahu apa karangan ku hasil menjiplak. “Apakah ini yang harus kulakukan sebagai calon penulis terkenal sepertiku” ucap ku dalam hati, ku akui cita-cita terbesarku ingin menjadi penulis terkenal seperti Abdurrahman El-Sirazy dengan Ayat-Ayat Cinta-nya, atau sebesar Buya Hamka dengan novel Dibawah Lindungan Ka’bah-nya. “huahh…. ” aku menguap lebar.

Dan jari jari kecilku-pun mulai menari-nari diatas papan keyboard, mengetik sebuah cerita yang mungkin tidak banyak dikenal orang dan memang itu tujuan ku… tak terasa ternyata sudah paragraph terakhir

***

Tidak seperti biasanya aku kesiangan, jam weker menunjukan pukul 06.36. Aneh, kenapa bunyi jam weker hari ini tidak terdengar, padahal sepetinya aku sudah menyetel jam weker pada pukul 04.00, ya karena adzan subuh pada hari ini pukul 04.30, ku usahakan agar selalu dapat melaksanakan sholat subuh berjama’ah di mushollah dekat rumah, selalu kumengingat perkataan seorang ustadz “barometer keimanan seorang muslim terletak pada sholat subuh berjama’ahnya, dan dengan gerakan sholat subuh berjama’ah dapat menggentarkan hati-hati orang yahudi/kafir yang memerangi umat muslim”.

Hari ini aku berangkat kesekolah dengan terburu-buru, namun tidak lupa aku membawa tugas jiplakan ku yang semalam aku kerjakan.

***

Waktu mata pelajaran bahasa Indonesia tiba, waktunya mengumpulkan tugas ku, tapi apa yang terjadi ada yang salah dengan tugasku, apa ini hukuman buat diriku yang menjiplak. Kesalahan yang sangat fatal, ternyata karanganku hanya berisi kata “PLAGIAT, plagiat dan plagiat” dari awal hingga akhir kalimat.

“Apa yang harus aku katakan sama bu Yuli?”

“Apakah ini awal dari seorang calon penulis terkenal sepertiku?.”

TIDAAAAAAK…..!!!”.

“Kriiiiiiiing…..!”

Sontak ku terbangun kaget oleh bunyi weker dan mimpi buruk. Ya… benar itu hanya mimpi buruk, mimpi yang telah menyadarkan ku, menyadarkan ku dari hal bodoh yang dapat menghancurkan cita-citaku.

Pukul 04.00, kumanfaatkan waktu yang tersisa untuk membuat tulisan ku, tulisan yang mungkin akan memberikan pengaruh besar bagi hidupku, awal dari apa yang selama ini ku cita-citakan. Dan pekerjaanku dihentikan oleh adzan subuh, untuk menunaikan kewajibanku.

Akhirnya selesai sudah tulisanku ini, memang benar orang Indonesia kalau sedang kepepet akan dapat mengeluarkan semua ide-idenya. Dan sekarang keputusan ada ditangan Bu Yuli. Semoga saja Bu Yuli dapat menerima tulisanku ini.(TP>